Selasa, 14 Juni 2011

Asuhan Keperawatan Addison

2.1. Pengertian
Penyakit Addison adalah kegagalan korteks adrenal memproduksi hormone adrenokortikal yang disebabkan oleh atropi primer pada korteks adrenal akibat autoimmunitas.
Krisis adrenal adalah suatu keadaan insufisiensi adrenal akut, tanpa tanda klinis yang khas.Diagnosis krisis adrenal hanya berdasarkan kemungkinan saja, dan pengobatannya harus segera diberikan tanpa menunggu hasil laboratorium. (Soeparman, dkk, Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi 2, FKUI, Jakarta, 1987)

2.2. Etiologi
1) Autoimmune (idiopatik)
2) Pengangkatan kelenjar adrenal
3) Infeksi pada kelenjar adrenal
4) Tuberkulosis
5) Insufisiensi ACTH Hipofise
6) Perdarahan
7) Trombosis
8) Trauma dibagian pinggang
9) Komplikasi venografi adrenal

2.3. Patofisiolgi
Penyakit Addison, atau insufisiensi adrenokortikal, terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon-hormon korteks adrenal. Atrofi otoimun atau idiopatikpada kelenjar adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus penyakit Addison (Stern & Tuck, 1994). Penyebab lainnya mencakup operasi pengangkatan kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis(TB) dan Histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal karena akibat dari proses otoimmun telah menggantikan tuberkolosis sebagai penyakit Addison, namun peningkatan insidens tuberculosis yang terjadi akhir-akhir iniharus mempertimbangkan pencantuman penyakit infeksi ini kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
Gejala infusiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak terapi hormone adrenokortikal yang akan menekan respons normal tubuh terhadap keadaan stress dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2 hingga 4 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal; oleh sebab itu , kemungkinan penyakit adison harus diantisipasi pada pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid.




2.4. Tanda Dan Gejala
1) Hiperpigmentasi
2) Shock
3) Rasa mual dan muntah
4) Dehidrasi
5) Frustasi
6) Rasa lelah
7) Kehilangan rambut tubuh (lebih jelas pada wanita)
8) Gangguan mental progresif yang menjurus ke delirium dan coma

2.5. Manifestasi Klinik
Kelemahan otot, anoreksia, gejala gastrointestinal (GI), mudah lelah, emasiasi (tubuh kurus kering), pigmentasi pada kulit, buku-buku jari: lutut, siku serta membran mukosa; hipotensi, glukosa darah turun, natrium serum turun, kalsium serum tinggi. Keadaan yang berat terjadi gangguan metabolisme natrium dan air, akibatnya dehidrasi kronis dan berat.
Krisis Addisonian:
Manifestasi krisis Addison adalah sianosis, panas, tanda klasik syok (pucat,perasaan cemas, denyut nadi cepat dan lemah, pernapasan cepat, tekanan darah rendah). Krisis addison dapat dipicu oleh persiapan pemeriksaan diagnostik/pembedahan.Sakit kepala, mual, nyeri abdomen serta diare, bingung dan gelisah. Aktivitas berlebihan, terpajan udara dingin, infeksi akut, penurunan garam menyebabkan kolaps sirkulasi, sehingga terjadi syok dan kematian.

2.6. Pengobatan
1. Hari I
- Bertindak secepat mungkin, ambil darah untuk pemeriksaan kadar kolesterol
- Periksa Ht, Gula darah, BUN, Na, K, CO2 dan Cl
- Berikan suntikan 100 mg hidrokortison IV, infus 1000 ml larutan garam yang mengandung 5 % dextrose
- Jika ada hiponatremia berat, berikan 3 % NaCl parenteral
- Beri suntikan 50 mg hidrokortison /6 jam. (Total steroid/hari 300 – 400 mg)
- Boleh diberikan norefinefrin/metaraminol, darah plasma, albumin b/p
- Secepatnya beri cairan dan kortison secara oral
2. Hari II
Berikan kortison 50 mg/8 jam oral
3. Hari III
Berikan kortison 25 mg/6 jam oral
4. Hari IV
Berikan hirokortison 0,50 – 0,1 mg/hari
5. Hari V – VIII
Pemberian kortison dikurangi

2.7. Pemeriksaan laboratorium
Meskipun manifestasi klinik yang disampaikan tampak spesifik, namun penyakit Addison biasanya terjadi dengan gejala yang tidak spesifik. Diagnosis Penyakit Addison dipastikan oleh hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Hasil-hasil laboratorium mencakup :
- Hiponatremia
- Hiperkalemia
- Hipoglikemia
- Adotemia
- Hemokonsentrasi
Diagnosis pasti ditegakkan berdsarkan kadar hormon adrenokortikal yang rendah dalam darah atau urine. Kadar kortisol serum menurun pada insufisiensi adrenal . jika korteks adrenal sudah mengalami kerusakan, nilai-nilai dasar laboratorium tampak rendah, dan penyuntikan ACTH tidak akan mampu menaikkan kadar kortisol plasma dan kadar 17-hidroksikortikosteroid urine hingga mencapai nilai normalnya.
Jika kelenjar adrenal masih normal namun tidak terstimulasi dengan baik oleh kelenjar hipofisis, maka respons normal terhadap Pemberian ACTH eksogen yang berulang akan terlihat tetapi respons sesudah pemberian metyrapon yang menstimulasi ACTH endogen tidak akan tampak.




2.8. Penatalaksanaan
1) Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, Memulihkan sirkulasi darah, memberikan cairan, melakukan terapi penggantian kortikosteroid
2) Memantau tanda-tanda vital
3) Memberikan posisi duduk dengan tungkai ditinggikan
4) Memberikan hidrokortison IV- pemberian infuse dextrose 5% dalam larutan normal saline.
Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi, memberikan caiaran, pergantian kortikosteroid.Pantau tanda-tanda vital.Menempatkan klien pada posisi stengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan. Hidrokortison disuntikan IV, kemudian IVFD D5% dalam larutan normal saline.Kaji stress/keadaan sakit yang menimbulkan serangan akut. Bila asupan oral (+), IVFD perlahan dikurangi.Bila k.adrenal tidak berfungsi lagi, perlu dilakukan terapi penggantian preparat kortikosteroid dan mineralokortikoid seumur hidup.Suplemen penambah garam untuk menghindari kehilangan cairan dari saluran cerna akibat muntah dan diare.


ASUHAN KEPERAWATAN ADDINSON

A. Pengkajian Keperawatan

1. Pola persepsi Kesehatan/ managemen kesehatan
2. Pola nutrisi metabolic
3. Pola eliminasi
4. Aktivitas latihan
5. Pola istirahat dan tidur
6. Pola persepal kognitif
7. Riwayat keluarga
8. Pola seksual-reproduksi
9. Pola stress dan koping
10. Pola konsep diri
11. Value dan belief
12. Pemeriksaan fisik

B. Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan dan natrium melalui ginjal ditandai dengan :
• Mual/muntah, kelemahan, haus, kehilangan BB
• Diare, Pengeluaran urine banyak dan encer
• Hipotensi postural, takikardia, lelah, tekanan nadi lemah.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d defesiensi glukokortikoid, metabolism lemak abnormal, protein dan karbohidrat ditandai dengan :
• Penurunan BB, Kelamahan otot, Kaku otot abdomen, diare dan hipoglikemia berat.
3) Kelelahan b.d penurunan energy metabolisme, perubahan kimia tubuh, ketidak seimbangan cairan, elektrolit dan glukosa ditandai dengan :
• Rasa tidak nyaman/ tidak bertenaga.
• Tidak mampu mempertahankan kerja yang biasa dilakukan sehari-hari.
• Penurunan penampilan
• Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, lelah dan tidak memperhatikan lingkungan
• Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
4) Resiko penurunan CO berhubungan dengan menurunnya aliran darah vena (volume sirkulasi ), berubahnya kecepatan ,irama dan konduksi jantung ( akibat ketidak seimbangan elektrolit ).
5) Resiko perubahan proses piker b.d Hiponatremia, hipoglikemia,gangguan keseimbangan asam basa.
6) Resiko Gg. Harga diri rendah b.d adanya kondisi fisik yang memerlukan terapi sepanjang hidup, perubahan pada pigmentasi kulit , perubahan berat badan, perubahan tanda-tanda seks sekunder, dan perubahan fungsi dan peran .
7) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dankebutuhan belajar b.d kesalahan interprestasi informs, keterbatasan kognitif ditandai dengan:
• Bertanya minta penjelasan, mengungkapkan permasalahannya, ketidak akuratan menjalankan instruksi.

C. Rencana keperawatan

1) Kekurangan volume cairan
• Kaji riwayat pasien mengenai lama dan intensitas gejala yang muncul seperti muntah, pengeluaran urin yang berlebihan.
• Observasi tanda-tanda vital, catat perubahan TD pada perubahan posisi, kekuatan nadi perifer .
• Ukur dan timbang BB setiap hari.
• Kaji adanya rasa haus , kelelahan nadi yang cepat , pengisian kapiler yang memanjang, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering, catat warna kulit dan temperaturnya.
• Periksa adanya perubahan status mental dan sensori
• Auskultasi peristaltik usus, catat danlaporkan adanya mual muntah,dan diare
• Berikan perawatan mulut secara teratur
• Pertahankan kenyamanan lingkungan . lindungi pasien dari cahaya dengan selimut dan sejenisnya.
• Anjurkan klien bedrest, bantu dalam mengubah posisi dan aktivitas perawatan sehari-hari
• Anjurkan cairan oral diatas 3000 ml/hari sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan klien
• Ubah posisi secara teratur. Mesase terutama pada bagian tulang yang menonjol
• Observasi adanya tanda-tanda kelelahan , krekels, edema peningkatan frekuensi jantung.
• Berikan terapi cairan: Nacl 0,9 %, larutan glukosa
• Berikan obat sesuai indikasi : kortison atau hidrokortison,mineral kortikoid
• Pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi
• Pantau pemeriksaan laboratorium: Ht,ureum kreatinin,osmolalitas serum,natrium, kalium
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan
• Auskultasi perilistaltik usus dan kaji adanya nyeri perut, mual dan muntah
• Catat adanya kulit yang dingin/ basah perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat, peka rangsang, nyeri kepala, sempoyongan
• Pantau pemasukan makanan dan timbang BB setiap hari.
• Catat adnya muntah, berapa kali muntah, dan karakteristiknya
• Berikan atau bantu perawatan mulut
• Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk makan seperti bebas dari bau tidak sedap, tidak terlalu rame, udara yang tidak nyaman
• Berikan informasi tentang menu pilihan
• Pertahankan status puasa sesuai indikasi
• Periksa kadar gula darah sesuai indikasi
• Berikan glikosa intravena dan oikan obat-obat sesuai indikasi seperti glukokortikoid, androgen(testosterone)
• Konsultasi dengan ahli gizi
• Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering (TKTP)
• Tingkatkan diet Na contoh; daging, ikan, susu, telur
• Pantau Hb, Ht.
3) Kelelahan
• Kaji tingkat kelemahan klien, dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan.
• Observasi tanda-tanda vital, sebelum dan sesudah beraktifitas, kemudian catat adanya tachicardi, hipotensi dan daerah perifer teraba dingin.
• Libatkan klien dalam menyusun jadwal aktifitas dan identifikasi aktivitas yang dibutuhkan serta yang menyebabkan kelelahan.
• Anjurkan klien untuk beristirahat sebelum melakukan aktifitas berikutnya
• Diskusikan klien cara menghemat tenaga seperti duduk lebih baik dari pada berdiri dalam melakukan latihan
• Berikan kesempatan pada klien untuk berpartisipasi dalam melakukan aktifitasnya
4) Resiko penurunan CO.
• Observasi tanda-tanda vital; FJ, irama jantung, dan catat adanya disritmia
• Melakukan pengukuran CVP
• Monitor suhu tubuh dan catat bila ada perubahan yang mencolok dan tiba-tiba
• Kaji warna kulit, suhu, pengisian kapiler, dan nadi perifer
• Catat adanya perubahan mental dan laporkan bila ada nyeri pada abdomen, daerah punggung dan kaki
• Ukur output urine
• Tempatkan klien pada ruangan yang tenang dengan kelembaban, yang sesuai dan bantu mempertahankan tirah baring
• Observasi adanya hipertensi, edema, krekels, BB meningkat, nyeri kepala yang hebat, peka terhadap rangsangan dan kebingungan
• Berikan cairan, darah, larutan NaCl dan volume ekspander melalui IV sesuai kebutuhan. Hindari penggunaan cairan hipotonik atau cairan yang mengandung kalium
• Berikan pengobatan sesuai indikasi ; natrium hidrokortison suksinat, vasopressor (dopamine), obat anti piretik, berikan oksigen
• Lakukan pemeriksaan serum kalium darah
5) Resiko Perubahan Proses fikir
• Pantau keadaan klien setiap shiftnya
• Observasi tanda-tanda vital dan status neurologis
• Orientasikan klien terhadap waktu, tempat dan orang
• Jadwalkan perawatan rutin untuk memberikan waktu istirahat yang teratur
• Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri sendiri sesuai dengan kemampuannya dengan waktu yang cukup untuk menjalankan seluruh tugasnya
• Lindungi klien dari cedera seperti posisikan tempat tidur dalam posisi yang rendah dengan diberikan penghalang yang terangkat, bantu klien dalam mobilisasi , perubahan posisi, gunakan restrain dengan tepat, berikan bantalan yang lunak pada penghalang tempat tidur(untuk pencegahan kejang)
• Pantau hasil pemeriksaan lab. Seperti; glukosa darah, asmolaritas serum, Hb, Ht.
6) Resiko Harga Diri Rendah
• Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang keadaan yang dialaminya (seperti perubahan penampilan atau peran, pengaruh penyakit terhadap pekerjaannya) serta tunjukkan perhatian dan jangan bersikap menghakimi
• Kurangi stimulus yang berlebihan pada lingkungan dan anjurkan klien untuk melakukan manajemen stress seperti tehnik relaksasi
• Dorong klien untuk membuat daftar orang- orang yang dapat membantu bila klien mengalami stress
• Berikan semangat bila terjadi kesembuhan pada penyakitnya seperti menurunnya pigmentasi kulit, meningkatnya pertumbuhan rambut
• Anjurkan klien untuk berkunjung kepada penderita yang sama yang penyakitnya sudah tekontrol
• Rujuk ke pelayanan sosial, konseling dan kelompok pendukung sesuai kebutuhan
7) Kurang Pengetahuan Tentang Kondisi, Pengobatan, Pencegahan.
• Kaji ulang keadaan penyakit dan harapan klien dimasa yang akan dating.
• Anjurkan klien untuk tetap mempertahankan jadwal yang teratur seperti makan, tidur, dan latihan
• Jelaskan alasan kehilangan cairan yang banyak pada klien
• Diskusikan diet teratur bagi klien
• Kaji ulang tentang terapi hormone pengganti memahami jadwal pengobatan yang tepat ; minum obat pada waktu makan/dengan makanan kudapan atau dengan antisida; minum 2/3 dari dosis kortisol pada pagi hari, dan 1/3nya lagi pada petang hari atau dengan menggunakan fludrokortison pada pagi hari.
• Hindari hilangnya dosis obat pada saat pemberian
• Tekankan perlunya menggunakan gelang identifikasi membawa obat darurat seperti natrium dexametason, IM atau IV
• Batasi dan atasi masalah yang dapat menimbulkan stress
• Diskusikan perasaan klien yang berhubungan dengan pemakai obat sepanjang hidupnya
• Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medis misalnya; mual, muntah, anoreksia, penurunan BB, diare, kelemahan, pengeluaran urine yang berlebihan, denyut jantung yang tidak teratur atau BB yang meningkat, moon face, leher, tungkai dan kaki edema
• Tekankan pentingnya menghindari sumber infeksi
• Diskusikan pentingnya mengevaluasi ulang pengobatan secara teratur

D. Evaluasi Keperawatan

1) Menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan
2) Tidak ada mual dan muntah, menunjukkan BB stabil atau meningkat sesuai yang diharapkan, nilai lab. Normal
3) Menyatakan mampu untuk beristirahat, peningkatan tenaga dan penurunan rasa
4) Menunjukkan curah jantung yang adekuat
5) Mempertahankan tingkat kesadaran mental
6) Mengungkapkan penerimaan terhadap dirinya sendiri yang diungkapkan secara verbal
7) Dapat mengungkapkan pemahamannya tentang penyakit, prognosis, dan pengobatan.


DAFTAR PUSTAKA

Sylvia Anderson Price, Lorraine M. Wilson, Patofisiologi – Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995
Keperawatan Medikal Bedah Untuk AKPER (MA. 320), Sapto Harnowo, Fitri, H.Susanto, Jakarta, Widya Medika, 2001
Soeparman, dkk, Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi 2, FKUI, Jakarta, 1987 ,by Khaidir muhaj di 10:42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar