2.1 Pengertian
Suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. (Prawiroharjo, Sarwono: 1994)
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997).
Ca servik dapat di artikan juga,kanker yang menyerang bagian serviks (mulut rahim). Kanker atau karsinoma sendiri merupakan istilah medis yang biasanya digunakan untuk menyebut suatu massa/tumor/ benjolan yang memiliki sifat ganas. Massa/tumor ini merupakan penyakit pertumbuhan sel dalam tubuh dimana bentuknya, sifat dan juga kinetikanya berbeda dengan sel normal tubuh lainnya. Pertumbuhan sel kanker umumnya sangat liar, terlepas dari kendali pertumbuhan sel normal
2.2 Etiologi
Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim menjadi se-sel yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain :
1) Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2) Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
3) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.
4) Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2
5) Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali
6) Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh.
2.3 Faktor resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
a. Usia.
b. Jumlah perkawinan
c. Hygiene dan sirkumsisi
d. Status sosial ekonomi
e. Pola seksual
f. Terpajan virus terutama virus HIV
g. Merokok dan AKDR
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan seorang wanita memiliki risiko (predesposisi) lebih tinggi dibandingkan wanita lainnya untuk terkena kanker rahim. Adapun faktor tersebut yakni,
a. Gadis yang melakukan coitus/jima’ pertama (coitarche) saat usianya kurang dari 17 tahun.
b. Wanita dengan riwayat paritas (persalinan) yang tinggi/banyak (umumnya lebih dari 5 kali melahirkan) apalagi dengan jarak persalinan yang terlampau dekat (kurang dari 2 tahun).
c. Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seksual (promiskuitas)
d. Hygine seksual yang jelek (tidak menjaga kebersihan alat genital)
e. Wanita yang mengalami infeksi virus Humman Papiloma Virus
f. Wanita yang merokok.
2.4 Patofisiologi
Pada dasaranya kanker terjadi karena adanya pertumbuhan sel tubuh yang abnormal. Dalam kasus ca serviks, terjadi karena sel penyusun serviks (sel epitel) yang normal berubah menjadi bentuk abnormal. Secara anatomis, serviks dibagi menjadi 2 bagian yakni eksoserviks/portio (bagian luar) dan endoserviks kanalis serviks (bagian dalam). Masing-masing bagian itu dilapisi oleh sel penyusun yang disebut dengan sel epitel.
Pada bagian eksoserviks dilapisi oleh sel epitel gepeng berlapis (squamous compleks), sedangkan pada endoserviks dilapisi oleh sel epitel kuboid / silindris pendek selapis bersilia. Pada daerah perbatasan keduanya terdapat area yang disebut “squamo-columnar junction (SJC)”. Nah pada bagian peralihan inilah, sel-sel epitel itu biasanya akan mengalami metaplasi (perubahan se menjadi abnormal) Hal ini disebabkan karena sel-sel itu saling bertumpuk dan saling mendesak, sehingga sel-sel tersebut bila tersensivitas bisa berubah menjadi sel yang abnormal. Inilah yang menjadi dasar terjadinya ca serviks.
Kanker serviks dapat menyebar ke berbagai oragn tubuh lainnya. Penyebaran ini terjadi melalui jalur limfogen (melalui getah bening). Sel-sel kanker ini akan masuk ke getah bening dan selanjutnya akan ikut peredaran dari getah bening ini.Penyebaran ke area sekitar juga bisa terjadi seperti ke uterus(rahim), pelvis (panggil) atau vesica urinaria (kandung kemih). Penyebaran kanker ke tempat yang jauh (dalam istilah medis disebut metastasis) dapat mengenai organ seperti paru-paru, hati, ginjal, tulang dan otak.
Dari penyebaran inilah dapat diketahui stadium dari kanker apakah stadium dini (stadium Ia, Ib, IIa) atau stadium lanjut (IIb, III, dan IV). Semakin tinggi stadium, semakin kecil pula angka kesembuhannya. Stadium IV disebut juga sebagia stadium terminal/akhir dimana sudah terjadi penyebaran ke organ- organ jauh dan harapan hidup sekitar <10%.
2.5. Tanda dan gejala
1. Kontak bleeding yakni perdarahan pasca senggama.
Hal ini biasanya merupakan tanda umum yang sering dijumpai. Perdarahan yang terjadi dikarenakan kerapuhan dari jaringan serviks. Saat coitus, umumnya akan terjadi gesekan pada dinding serviks. Karena jaringan yang kaya pembuluh darah tersebut sangat rapuh, maka perdarahan mudah terjadi.
2. Keputihan juga merupakan gejala yang sering ditemukan.
Keputihan ini lama kelamaan akan berbau busuk oleh kaena adanya proses infeksi dan nekrosis (kematian) jaringan akibat kanker tersebut.
3. Rasa nyeri yang hebat divagina dan sekitarnya atau pada perut bagian bawah.
4. Anemia (karena perarahan hebat pada vagina)
5. Gejala yang timbul akibat adanya metastasis/penyebaran ke organ-organ lainnya misalnya, paru : batuk lama, efusi pleura, pneumonitis,hati : ikterus (warna kuning pada tubuh), hepatomegali (pembesaran hati), acites (cairan pada rongga perut),otak : koma, kehilangan penglihatan.tulang : nyeri tulang, paah tulang
6. “PATOKAN” Tanda dan Gejala Bahaya Kanker
P : Perdarahan atau keluar lendir yang tak wajar dari dalam tubuh yakni berupa,
- batuk darah : ca paru dan sal.nafas
- muntah darah : ca lambung atau hati
- BAB darah : ca rectum/anus atau kolon/usus
- perdarahan vagina : ca serviks)
A : Alat pencernaan terganggu atau ada kesukaran menelan yang semakin lama semakin berat (ca eosofagus, tyroid)
T : Tumor pada payudara atau di tempat lain (testis, usus, otot, dll)
O : Obstipasi/ sembelit atau perubahan kebiasaan BAB atau BAK
K : Koreng atau borok yang tidak mau sembuh (gejal utama kanker kulit stadium lanjut) dimana biasanya tanda yang paling khas adalah perdarahan erus menerus dari borok tersebut.
A : Andeng-andeng (nevus) yang berubah , membesar dan makin menghitam (ditambah rasa gatal, borok, berdarah, rambut yang semual ada menjadi rontok) ini mengacu pada ca kulit.
N : Nada suara jadi serak atau batuk yang tak kunjung sembuh.
2.6 Manifestasi klinis
Dari anamnesis di dapatkan keluhan metrorargi,keputihan warna putih,atau pirulen yang berbau,dan tidak gatal,perdarahan paskacoitus,perdarahan spontan,dan bau busuk yang khas.Dapat juga di temukan gejala karena metastatis seperti obstruksi total vesika urinaria.Pada yang lanjut di temukan keluhan cepat lela,kehilangan berat badan,dan anemia.Pada pemeriksaan fisikserviks dapat teraba membesar,ireguler,teraba lunak. Bila tumor tumbuh eksoofitikmaka terlihatlesi pada porsio atau sudah sampai vagina.
2.7 Stadium kanker servik
a) Stadium 0 : karsinoma insitu, cervical intraepithelial neoplasia 3 ( CIN 3 )
b) Stadium I : karsinoma hanya terbatas pada serviks ( perluasan ke korpus uteri harus dikesampingkan ).
Stadium la : karsinoma preklinik, hanya dapat didiagnosis dengan menggunakan mikroskop. Invasi stromal dengan kedalaman maksimal 5,0 mm dan perluasan horisontal ,< 7,0 mm. Kedalaman invasi harus tidak melebihi 5,0 mm dari basal epithel jaringan asal- superfisial atau glanduler. Keterlibatan vascular space - venous atau limfatik tidak merubah stadium .
Ia1 : Kedalaman invasi stromal < 3,0 mm, perluasan horisontal tidak melebihi 7,0 mm
Ia2 : Kedalaman invasi stromal > 3,0 dan < 5,0 mm, perluasan horison tal tidak melebihi 7,0 mm.
Stadium Ib : Lesi-lesi yang tampak secara klinik terbatas pada serviks atau kanker preklinik yang lebih besar daripada stadium la.
Ib 1 : Lesi < 4 cm
Ib2 : Lesi > 4 cm
c) Stadium III : Karsinoma meluas diluar serviks, tetapi belum sampai dinding pelvis; karsinoma tumbuh ke dalam vagina, tetapi tidak sampai sepertiga bagian bawah.
Stadium IIa : tidak ada perluasan kedalam parametrium
Stadium IIb : Ielas ada perluasan ke parametrium
d) Stadium III : Karsinoma telah meluas sampai dinding pelvis; pada pemeriksaan rektal tidak terdapat ruangan bebas karsinoma antara tumor dan dinding pelvis; tumor tumbuh sampai sepertiga bagian bawah vagina. Adanya hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi masuk dalam stadium ini, kecuali disebabkan karena kelainan lain.
Stadium IIIa : Tidak ada perluasan sampai dinding pelvis, tetapi pertumbuhan tumor sampai sepertiga bagian bawah vagina.
Stadium IIIb : Perluasan sampai dinding pelvis atau hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi.
d) Stadium IV : Karsinoma telah meluas sampai diluar pelvis minor atau secara klinik telah tumbuh kedalam mukosa kandung kencing atau rektum ( terbukti dari hasil biopsi )
Stadium IVa : Pertumbuhan tumor ke dalam organ-organ sekelilingnya.
Stadium IVb : Perluasan ke organ-organ jauh.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CA CERVIK
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas klien.
Idenditas klien meliputi nama,alamat,agama,pekerjaan,jenis kelamin
b. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
d. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
` e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
f. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang.
• Perdarahan
• keputihan
b. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Sitologi : pemeriksaan pada sel
b. Biopsi : pengambilan sebagian jaringan untuk di periksa
c. Kolposkopi : peneropongan liang senggama
d. Servikografi
4. Pemeriksaan penunjang
a. Sitologi dengan cara tes pap
b. Pemeriksaan visual langsung
e. Gineskopi
f. Pap net (pemeriksaan komputerisasi dengan hasil lebih sensitif)
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosis dapat ditegakan dengan gejala dan tanda yang dikeluhkan, namum diagnosis pasti ca serviks ditegakan melalui pemeriksaan sitologi (pemeriksaan sel) dengan cara biopsi (mengambil sebagian jaringan pada serviks ). Dari biopsy tersbut akan terlihat dengan jelas sel-sel kanker tersebut.
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia . pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
• Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
• Berikan cairan secara cepat.
• Pantau dan atur kecepatan infus.
• Kolaborasi dalam pemberian infus
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
• Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
• Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang ditentukan.
• Pantau masukan makanan oleh klien.
• Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
• Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi .
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
• Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
• Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
• Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
• Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
• Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.
d. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
• Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb dan Trombosit)
• Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
• Observasi tanda-tanda perdarahan.
• Observasi tanda-tanda vital.
• Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)
e. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
• Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
• Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.
• Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami.
• Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
• Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
• Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif.
• Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
• Dorong harapan yang realistis.
• Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
• Berikan dorongan spiritual.
g. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
• Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan komunitasnya.
• Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
• Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota yang sakit.
h. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
• Baringkan pasien diatas tempat tidur.
• Kaji kepatenan kateter abdomen.
• Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
• Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi
C. Penataksanaan
Bisa dilakukan Biopsi,Dilatasi kurettase,konisasi.Penanganan kasus kanker pada umumnya dibedakan berdasarkan stadiumnya. Pada stadium dini masih dapat dilakukan dengan pembedahan. Setelah pembedahan dilnjutkan dengan radioterapi (penyinaran). Pada stadium lanjut, umumnya tidak dilakukan pemebdahan. Namun dengan kemoterapi (obat-obatan ) dan juga radioterapi.
Pada stadium IV (IVa dan IVb) umumnya pengobatan yang diberikan hanyalah bersifat paliatif/meringkan keluhan bukan untuk menyembuhkan. Hal ini dikarenakan penyebaran sel kanker yang sudah sistemik/menyeluruh. Sehingga radioterapilah pengobatn akhir dari pasien dengan stadium ini.
a. Cara memastikan ca servik
Diagnosis dapat ditegakan dengan gejala dan tanda yang dikeluhkan, namum diagnosis pasti ca serviks ditegakan melalui pemeriksaan sitologi (pemeriksaan sel) dengan cara biopsi (mengambil sebagian jaringan pada serviks ). Dari biopsy tersbut akan terlihat dengan jelas sel-sel kanker tersebut.
b. Cara deteksi dini ca servik
Deteksi dini ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan (stadium dini). Deteksi dini terhadap ca serviks dapat dilakukan oleh para wanita dengan pemeriksaan screenin test yakni dengan cara yang mungkin sudah cukup familiar : PAP SMEAR atau dengan metode yang paling baru, yakni metodeIFA.
Screening test hendaknya dilakukan oleh para wanita yang sudah aktif melakukan hubungan seksual juga bagi para wanita yang memiliki faktor risiko/predesposisi seperti yang tercantum di atas. Screening bisa dilakukan pada Rumah sakit melalui dokter special kandungan ataupun tempat-tempat sarana kesehatan spereti laboratorium yang tersedia layanana screening didalamnya.
C. Pencegahan ca servik
Bagi yang telah menikah, membersihkan daerah kewanitaan dan menjaganya supaya tetap hygine adalah hal yang penting. Kebersihan alat genital pasangan juga harus diperhatikan pula. Karena sangat memungkinkan kuman penyakit tersebut ada dalam alat genital yang kurang bersih. jangan perganti-ganti pasangan.
Dan bagi yang belum menikah,hindari rokok, makanan 4 sehat 5 sempurna jauh lebih sehat dan bermanfaat bagi tubuh kita, dibandingkan makanan junk food ataupun makanan serba instant yang didalamnya banyak terdapat bahan kimia dan pengawet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar