2.1. Pengertian NAPZA dan NARKOBA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obay/Bahan berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum yang sebetulnya mempunyai makna yang sama dengan NAPZA. Ada juga menggunakan istilah Madat untuk NAPZA Tetapi istilah Madat tidak disarankan karena hanya berkaitan dengan satu jenis Narkotika saja, yaitu turunan Opium.
2.2. Rentang Respon Gangguan Penggunaan NAPZA
Rentang respon gangguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai yang berat, indikator rentang respon ini berdasarkan perilaku yang ditampakan oleh remaja dengan ganggua penggunaan zat adiktif sebagai berikut :
1. Respon adaptif
2. Respon maladaptive
3. Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan ketergantungan
o Eksperimental : Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. Sesuai kebutuhan pada masa tumbuh kembangnya, ia biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering pula dikatakan taraf coba-coba.
o Rekreasional : Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan dengan teman sebaya. Misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun, Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama teman-temannya.
o Situasional : Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang konflik stress dan frustasi.
o Penyalahgunaan : Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial : pendidikan dan pekerjaan.
o Ketergantungan : Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya Toleransi dan Syndroma putus zat ; Suatu kondisi dimana individu yang yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin, pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan, Sedangkan Toleransi ; suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.
2.3. Jenis NAPZA
1. Heroin : Serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid atau menekan nyeri dan juga depresan SSP.
2. Kokain : Di olah dari pohon Coca yang punya sifat halusinogenik..
3. Putau : golongan heroin, berbentuk bubuk. .
4. Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berasal dari daun Cannabis yang dikeringkan, Konsumsi dengan cara dihisap seperti rokok tetapi menggunakan hidung.
5. Shabu-shabu: kristal yang berisi methamphetamine, dikonsumsi dengan menggunakan alat khusus yang disebut Bong kemudian dibakar.
6. Ekstasi: methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, mampu meningkatkan ketahanan seseorang (disalahgunakan untuk aktivitas seksual dan aktivitas hiburan dimalam hari).
7. Diazepam,Nipam, Megadon : obat yang jika dikonsumsi secara berlebih menimbulkan efek halusinogenik.
8. Alkohol : minuman yang berisi produk fermentasi menghasilkan etanol, dengan kadar diatas 40 % mampu menyebabkan depresi susunan saraf pusat, dalam kadar tinggi bisa memicu Sirosis hepatic, hepatitis alkoholik maupun gangguan system persarafan.
2.4. Golongan NAPZA
1. NARKOTIKA (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika).
NARKOTIKA : adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :
o Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
o Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).
o Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :
- Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain
- Ganja atau kanabis, marihuana, hashis
- Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.
2. PSIKOTROPIKA (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika).
PSIKOTROPIKA : adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut :
o PSIKOTROPIKA GOLONGAN I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
o PSIKOTROPIKA GOLONGAN II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).
o PSIKOTROPIKA GOLONGAN III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
o PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
- Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu
- Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo dan lain-lain
- Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.
3. ZAT ADIKTIF
ZAT ADIKTIF : adalah Suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan.
4. ZAT PSIKOAKTIF
ZAT PSIKOAKTIF : Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak sehingga dapat menimbulkan perubahan pada : perilaku, emosi, kognitif, persepsi, kesadaran seseorang. Ada 2 jenis psikoaktif :
o Bersifat Adiksi
- Golongan Opioida : Morfin, Heroin (Putaw), candu, Codein, Petidin
- Golongan Kanabis : Ganja (Mariyuana), minyak hassish
- Golongan Kokain : Serbuk kokain dan daun koka
- Golongan Alkohol : Semua minuman yang mengandung Ethyl alkohol : Brandy, bir, Wine, Whisky, Cognac, Brem, tuak, Anggur ortu (AO), dsb.
- Golongan Sedatif Hipnotik : BK, Rohypnol, Magadon, Dumolid, Nipam, Madrax
- Golongan MDA (Methylene Dioxy Ampethamine) : Ampetamine benzedrine, Dexedrine
- Golongan MDMA (Methylene dioxy meth Ampetahamine) : Extacy
- Golongan halusinogen : LSD, Meskaloin, Mushrom, Kecubung
- Gologan Solven dan inhalansia : Aica Aibon (Glue) Saceton, Thiner, N2O
- Nikotine : tembakau
- Kafein: Kopi dan the
- Golongan lainnya.
o Bersifat Non Adiksi : Obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa psikotik, obat anti depresi.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
o Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
o Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.
o Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.
2.5. Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :
1. Faktor individual : Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri – ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA :
a. Cenderung memberontak
b. Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
c. Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
d. Kurang percaya diri
e. Mudah kecewa, agresif dan destruktif
f. Murung, pemalu, pendiam
g. Merasa bosan dan jenuh
h. Keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan
i. Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode
j. Identitas diri kabur
k. Kemampuan komunikasi yang rendah
l. Putus sekolah
m. Kurang menghayati iman dan kepercayaan.
2. Faktor Lingkungan : Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.
3. Lingkungan Keluarga :
a. Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
b. Hubungan kurang harmonis
c. Orang tua yang bercerai, kawin lagi
d. Orang tua terlampau sibuk, acuh
e. Orang tua otoriter
f. Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
g. Kurangnya kehidupan beragama.
4. Lingkungan Sekolah :
a. Sekolah yang kurang disiplin
b. Sekolah terletak dekat tempat hiburan
c. Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d. Adanya murid pengguna NAPZA.
5. Lingkungan Teman Sebaya :
a. Berteman dengan penyalahguna
b. Tekanan atau ancaman dari teman.
6. Lingkungan Masyrakat / Sosial :
a. Lemahnya penegak hukum
b. Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
2.6. Tanda dan Gejala Penggunaan NAPZA
1. Tanda-tanda di rumah :
• Hilangnya minat dalam aktifitas keluarga.
• Tidak patuh terhadap aturan keluarga.
• Hilang/berkurangnya rasa tanggung jawab.
• Bersikap kasar baik secara verbal maupun fisik.
• Menurun/meningkatnya nafsu makan secara tiba-tiba.
• Mengaku sering kehilangan barang atau uang.
• Tidak pernah pulang ke rumah tepat waktu.
• Tidak mengatakan kepada siapapun kemana mereka pergi.
• Terus-menerus meminta maaf terhadap segala perbuatannya.
• Menghabiskan banyak waktunya berdiam diri di dalam kamar bila sedang di rumah.
• Sering berbohong mengenai aktifitas mereka.
• Menemukan benda-benda, seperti kertas pembungkus rokok, pipa hisap, gelas kecil, sisa-sisa serbuk maupun jarum suntik dan lain-lainnya yang mencurigakan.
2. Tanda-tanda di sekolah/tempat kerja :
• Sering tiba-tiba pingsan di sekolah/tempat kerja.
• Acapkali bolos masuk sekolah/kerja.
• Kehilangan minat dalam kegiatan belajar.
• Tertidur di dalam kelas/saat bekerja.
• Buruk dalam penampilan sehari-hari.
• Tidak pernah mengerjakan tugas pekerjaan rumah.
• Tidak mematuhi bahkan menentang aturan sekolah/otoritas.
• Perilaku yang buruk di setiap kegiatan sekolah/pekerjaan.
• Penurunan konsentrasi, perhatian dan memori.
• Tidak pernah memberitahukan orang tua/wali jika ada pemanggilan/pertemuan dengan guru.
3. Tanda-tanda kelainan fisik dan emosional :
• Teman/kelompok sering berganti-ganti.
• Pasangan/pacar yang juga sering berganti-ganti.
• Tercium bau-bauan aneh seperti bau alkohol, mariyuana, dan rokok dari nafas atau badan.
• Perubahan perilaku dan mood yang tidak dapat dijelaskan.
• Sering melawan aturan, bersikap negatif, paranoid (ketakutan dan curiga), destruktif (merusak), tampak cemas.
• Tidak pernah tampak kegembiraan seperti yang seharusnya.
• Selalu tampak lelah/hiperaktif yang berlebihan.
• Penurunan/peningkatan berat badan yang drastis.
• Kadang tampak depresi, mudah sedih dan tertekan.
• Seringkali menipu, berbohong atau kedapatan mencuri.
• Mengaku memerlukan uang/sebaliknya merasa punya uang lebih.
• Umumnya penampilannya kotor dan tidak terurus.
Gejala yang timbul diantaranya : bicara cadel, gerakan tidak terkoordinir, kesadaran menurun, vertigo, dilatasi pupil, jalan sempoyongan, konjungtiva merah, nafsu makan bertambah, mullut kering, denyut jantung cepat, panik, curiga, banyak keringat, mual muntah, halusinasi dan mengantuk.
Dan jika putus zat maka gejala yang terjadi sebagai berikut : gelisah, berkeringat, denyut jantung cepat, tremor ditangan, mual muntah, kejang otot, cemas, agresif, halusinasi, delirium, insomnia, pupil melebar, murung, depresi berat dan ada tindakan bunuh diri.
2.7. Ciri-ciri Pengguna NAPZA
1. Ciri-ciri Ketergantungan NAPZA
o Keinginan yang tak tertahankan untuk mengkonsumsi salah satu atau lebih zat yang tergolong NAPZA.
o Kecenderungan untuk menambah dosis sejalan dengan batas toleransi tubuh yang meningkat.
o Ketergantungan psikis, yaitu apabila penggunaan NAPZA dihentikan akan menimbulkan kecemasan, depresi dan gejala psikis lain.
o Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang disebut gejala putus zat (withdrawal syndrome). Withdrawal Syndrome terlihat dari beberapa aktivitas fisik seperti orang yang mengalami sakaratul maut, meronta, berteriak maupun melakukan aktivitas lain yang menunjukkan bentuk bahwa dia membutuhkan sebuah zat psikotropika.
2. Ciri-ciri Pengguna NAPZA
o Ciri Fisik
- Berat badan turun drastis.
- Mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir kehitaman.
- Buang air besar dan air kecil kurang lancar.
- Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
- Tanda berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas luka sayatan.
- Terdapat perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.
- Sering batuk-pilek berkepanjangan.
- Mengeluarkan air mata yang berlebihan.
- Mengeluarkan keringat yang berlebihan.
- Kepala sering nyeri, persendian ngilu.
o Ciri Emosi
- Sangat sensitif dan cepat bosan.
- Jika ditegur atau dimarahi malah membangkang.
- Mudah curiga dan cemas.
- Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul atau berbicara kasar kepada orang disekitarnya, termasuk kepada anggota keluarganya. Ada juga yang berusaha menyakiti diri sendiri.
o Ciri Perilaku
- Malas dan sering melupakan tanggung jawab/tugas rutinnya.
- Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
- Di rumah waktunya dihabiskan untuk menyendiri di kamar, toilet, gudang, kamar mandi, ruang-ruang yang gelap.
- Nafsu makan tidak menentu.
- Takut air, jarang mandi.
- Sering menguap.
- Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba bersikap manis jika ada maunya, misalnya untuk membeli obat.
- Sering bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.
- Selalu kehabisan uang, barang-barang pribadinya pun hilang dijual.
- Suka berbohong dan gampang ingkar janji.
- Sering mencuri baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun pekerjaan.
3. Ciri-ciri Kecanduan NAPZA
o Air mata berlebhan
o Banyak lender dari hidung
o Diare
o Bulu kuduk berdiri
o Sukar tidur
o Menguap
o Jantung berdebar-debar
o Ngilu pada sendi
2.8. Akibat Penyalahgunaan NAPZA
3 (tiga) aspek akibat langsung penyalahgunaan NAPZA antara lain :
1. Secara fisik
Penggunaan NAPZA akan mengubah metabolisme tubuh seseorang. Hal ini terlihat dari peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala putus obat. Keduanya menyebabkan seseorang untuk berusaha terus-menerus mengkonsumsi NAPZA.
2. Secara psikis
Berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa bersalah, malu dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi NAPZA. Cara yang kemudian ditempuh untuk beradaptasi dengan perubahan fungsi mental itu adalah dengan mengkonsumsi lagi NAPZA.
3. Secara social
Dampak sosial yang memperkuat pemakaian NAPZA. Proses ini biasanya diawali dengan perpecahan di dalam kelompok sosial terdekat seperti keluarga, sehingga muncul konflik dengan orang tua, teman-teman, pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini kemudian menyebabkan si penyalahguna bergabung dengan kelompok orang-orang serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga.
2.9. Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA
1. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :
- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif, curiga
- Bila kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.
- Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair, menguap terus menerus, diare, rasa sakit diseluruh tubuh, takut air sehingga malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
- Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik).
2. Perubahan Sikap dan Perilaku
- Prestasi sekolah menurun,sering tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
- Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk dikelas atau tampat kerja.
- Sering berpegian sampai larut malam,kadang tidak pulang tanpa memberi tahu lebih dulu
- Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota keluarga lain dirumah
- Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh keluarga, kemudian menghilang
- Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
- Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia.
2.10. Alat Yang Digunakan
Ada beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang mempunyai kebiasaan menggunakan jenis NAPZA tertentu. Misalnya pada pengguna Heroin, pada dirinya, dalam kamarnya, tasnya atau laci meja terdapat antara lain :
- Jarum suntik insulin ukuran 1 ml,kadang-kadang dibuang pada saluran air di kamar mandi,
- Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya,
- Sedotan minuman dari plastic
- Gulungan uang kertas,yang digulung untuk menyedot heroin atau kokain
- Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen karet, untuk tempat heroin dibakar.
- Kartu telepon, untuk memilah bubuk heroin,
- Botol-botol kecil sebesar jempol,dengan pipa pada dindingnya.
2.11. Komplikasi Dari Penyalahgunaan NAPZA
Komplikasi yang bisa terjadi pada pengguna NAPZA antara lain : HIV infeksi, Hepatitis B dan C, Gastritis, Penyakit kulit kelamin, Bronchitis dan Chirosis hepatis.
Masalah kesehatan yang muncul : depresi system pernafasan, depresi pusat pengatur kesadaran, kecemasan yang sangat berat sampai panic, perilaku agresif, gangguan daya ingat, gangguan ADL, gangguan system musculoskeletal missal nyeri sendi dan otot, serta perilaku mencederai diri.
2.12. Tujuan Terapi dan Rehabilitasi
1. Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan ini tergolong sangat ideal,namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong dengan meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsung dari NAPZA. Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain.
2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps .Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah “clean” maka ia disebut “slip”. Bila ia menyadari kekeliruannya,dan ia memang telah dobekali ketrampilan untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, Program terapi kognitif, Opiate antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk mencegah relaps.
3. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok ini,abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
1. Pengkajian
a. Fisik :
Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaaan NAPZA pada saat pengkajian adalah sebagai berikut : Nyeri, gangguan pola tidur, menurunnya selera makan, konstipasi, diarhe, perilaku sek melanggar norma, kemunduran dalam kebersihan diri, potensial komplikasi , jantung, hati dsb. Infeksi pada paru-paru.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk teratur dalam pola hidupnya.
b. Emosional
Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak berdaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk mengontrol dan mengendalikan diri sendiri.
c. Sosial
Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman pengguna zat, anggota keluarga lain pengguna zat, lingkungan sekolah atau kampus yang digunakan oleh para pengedar.
d. Intelektual
Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adikitif, perasaan ragu untuk berhenti, aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan terhenti. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk konsentrasi dan meningkatkan daya pikir ke hal-hal yang posistif.
e. Spiritual
Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena perubahan perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain). Sasaran yang ingin dicapai adalah mampu meningkatkan ibadah , pelaksanaan nilai-nilai kebaikan.
f. Keluarga
Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan pengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak efektif, dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Sasaran yang hendak dicapai adalah keluarga mampu merawat klien yang pada akhirnya mencapai tujuan utama yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps).
2. Pathway Penggunaan NAPZA
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut NANDA (The American Nursing Diagnosis Association) :
1. Gangguan persepsi sensori pada penggunaan halusinogen sehubungan dengan tekanan teman sebaya, dimanifestasikan dengan berteriak dan menutup telinga bila ditinggal sendiri di kamar
2. Gangguan proses berfikir pada penggunaan alkohol sehubungan dengan tekanan dari hukum dan tuntutan dari keluarga dimanifestasikan dengan bingung dan kurang sadar
3. Gangguan persepsi sensori visual pada penggunaan alkohol sehubungan dengan hilangnya pekerjaan dan ditolak keluarga
4. Gangguan hubungan sosial ; manipulatif sehubungan dengan kondisi putus zat adiktif
5. Gangguan konsep diri ; harga diri yang rendah sehubungan dengan ketidakmampuan mengatasi masalahanya
6. Gangguan konsep diri sehubungan dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri ; denial agar tetap menggunakan obat
7. Gangguan konsep diri harga diri rendah sehubungan dengan tidak mampu mengenal kualitas yang positif dari diri sendiri
8. Ganguan pemusatan perhatian sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif
9. Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif
10. Partisipasi keluarga yang kurang dalam pengobatan klien sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
11. Potesial mengancam keamanan diri sehubungan dengan kondisi kondisi pemutusan zat sedatif hipnotik
12. Potensial memburuknya kesadaran ; koma sehubungan dengan overdosis penggunaan sedatif hipnotik
13. Potensial gangguan kardiovaskuler ; postural hipotensi sehubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik
14. Gangguan gastrointestinal ; mual , muntah, diarhe, sehubungan dengan kondisi pemutusan zat adiktif
Dan masalah keperawatan yang diambil :
1. Koping individu tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan zat adiktif
2. Distress spiritual sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL
4. Koping keluarga tidak efektif sehubungan dengan pola asuh yang salah
5. Gangguan kesadaran somnolent sehubungan dengan intoksikasi obat sedative hipnotik
4. Prinsip Penatalaksanaan Keperawatan
a. Prinsip Biopsikososiospiritual (Stuart Sundeen) :
o Biologis :
- Tindakan biologis dikenal dengan detoksifikasi yang bertujuan untuk : Memberikan asuhan yang aman dalam “withdrawl” (proses penghentian) bagi klien pengguna NAPZA.
- Memberikan asuhan yang humanistik dan memelihara martabat klien.
- Memberikan terapi yang sesuai. Setelah detoksifikasi tercapai, mempertahankan kondisi bebas dari zat adiktif , dimana terapi farmakologis harus diunjang oleh terapi yang lainnya.
o Psikologis :
- Bersama klien mengevaluasi pengalaman yang lalu dan mengidentifikasi aspek positifnya untuk dipakai mengatasi kegagalan.
o Sosial :
- Konseling keluarga :
Keluarga sering frustasi menghadapi klien dan tidak mengerti sipat dan proses adiksi sehingga seringkali melakukan hal yang tidak terapeutik terhadap klien.
Keluaraga sering melindungi klien dari dampak adiksi, meminta anggota keluarga lain untuk memaafkan klien. Menyalahkan diri sendiri, menghindari konfrontasi yang semuanya menyebabkan klien meneruskan pemakaian zat adiktif. Masalah yang dihadapi klien menimbulkan dampak bagi keluaraga seperti rasa tidak aman, malu, rasa bersalah, masalah keuangan, takut, dan merasa diisolasi. Oleh karena itu perawat perlu mendorong keluarga untuk mengikuti pendidikan kesehatan tentang proses penggunaan dan ketergantungan, gejala putus zar, gejala relapse, tindakan keperawatan, lingkungan terapeutik, dan semua hal yang terkait dengan pencegahan relapse di rumah.
- Terapi Kelompok :
Terdiri dari 7-10 orang yang difasilitasi oleh terapist, kegiatan yang dilakukan adalah tiap anggota bebas menyampaikan riwayat sampai terjadinya adiksi, upaya yang dilakukan untuk berhenti memakai zat ,kesulitan yang dihadapi dalam melakukan program perawatan, terapist dan naggota kelompok memberikan umpan balik dengan jujur dan dapat menambah pengalaman masingmasing.
- Self help group : Selp help group adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari klien yag berkeinginan bebas dari zat adiktif, dukungan antar anggota akan memberi kekuatan dan motivasi untuk bebas dari zat adiktif.
b. Prinsip Community Therapeutik (Ana Keliat)
Pada tempat ini klien dilatih untuk merubah perilaku kearah yang positif, sehingga mampu menyesuaikan dengan kehidupan di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan bila klien diberi kesempatan mengungkapkan masalah pribadi dan lingkungan. Community terapeutik melakukan intervensi untuk mengatasinya. Beberapa metoda yang dilakukan :
o Slogan yang berisi norma atau nilaii ke arah positif
o Pertemuan pagi (Moorning Meeting) yang diikuti oleh seluruh staf dan klien untuk membahas masalah individu , interaksi antar klien dan kelompok.
o “Talking to”: metoda yang digunakan untuk saling memperingatkan dengan cara yang ramah sampai yang keras.
o Learning experience yaitu pemberian tugas yang bersifat membangun untuk merubah perilaku negative
o Pertemuan kelompok
o Pertemuan umum (general meeting).
c. Prinsip Prestasi ( Yosep) :
o P Prayer (religious)
- Pemberian ceramah agama
- Menyediakan bacaan-bacaan buku agama yang memotivasi hidup
- Kolaborasi dalam Psychoreligius terapy
- Menjelaskan prinsip-prinsip kesuksesan hidup menurut konsep agama yang diyakini
- Menjelaskan tanggung jawab yag harus dipikul apabila melanggar norma agama
- Menjelaskan kisah-kisah orang saleh yang diridloi Tuhan sebagai suri tauladan
- Diskusi keagamaan, pengajian, seminar keagamaan.
o R Reconciliation of Family
- Diskusi dengan keluarga
- Mengajarkan komunikasi assertif pada keluarga
- Melibatkan anggota keluarga dalam terapi
- Penyuluhan tentang proses, dampak dan penatalaksanaan adiksi
- Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila sugestinya datang
- Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi sugesti
- Bantu suasana mendukung keakraban di rumah
- Idetifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah
- Bantu menerima masalah
- Identifikasi harapan untuk sembuh total
- Diskusikan arti kesembuhan
- Idetifikasai pola asuh dalam keluaraga
- Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang mengharagai dan mendukung klien utnuk berhenti
- Bantu menyembunyikan klien dari pengguna zat
- Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna zat
- Diskusikan untuk menghargai usaha klien tidak berhubungan lagi dengan pengguna zat
o E Environment Condusif
- Menghindari orang yang adiksi
- Menjauhi tempat-tempat yang berkaitan dengan adiksi
- Mencari lingkungan pergaulan baru
- Mencari teman dekat dengan kemampuan prestasi yang tinggi
- Hijrah menuju tempat tinggal yang lebih kondusif untuk maju
- Bergaul dengan orang-orang yang berprestasi
- Bantu mengidentifikasi teman bukan pengguna zat
- Beri dukungan akan harapan bergaul lebih banyak dengan dengan bukan penggua zat.
o S Say No ! (don’t try)
- Tidak pernah mencoba (bagi yang belum terkena)
- Belajar mengucapkan kata-kata tidak
- Belajar berfikir positif dan bersikap optimis
- Bantu klien menilai faktor negatif bila kontak dengan sesame pengguna zat
- Bantu klien mengakhiri hubungan dengan teman pengedar
- Bantu klien menghindari pengguna zat lain.
o T Time Management
- Membuat jadwal kegiatan harian
- Mencatat kegiatan harian
- Melakukan evaluasi kegaiatan harian setiap menjelang tidur
- Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan pasien
- Memberikan reinforcement prestasi yang dicapai pasien
- Mengikutsertakan klien dalam kegiatan pertemuan kelompok setiap pagi ; diberi tugas membaca berita yang aktual, serta dibahas bersama klien lain
- Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada jam-jam tertentu
- Mengikutsertakan klien pada seminar dengan topik-topik tertentu seperti AIDS, dampak zat adiktif., cara hidup sehat.
o A Activity of Dynamic
- Membuat target prestasi harian
- Meniru orang-orang sukses dalam menghabiskan waktu setiap hari
- Menjelaskan kiat-kiat mengusir kemalasan
- Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin menggunakan zat dengan menciptakan sugesti yang lebih positif
- Identifikasi potensi /hobi/aktivitas yang menyenangkan
- Diskusikan manfaat aktivitas
- Bantu merencanakan aktivitas (susun jadwal)
- Motivasi untuk melakukan aktivitas secra teratur
- Motivasi untuk mengatasai masalah dengan memulai segera
- Motivasi untuk mengatasi bosan dengan selingan istirahat saat beraktivitas.
o S Subject for Future
- Membuat perencanaan tahunan
- Mencari, mengidentifikasi tokoh idola yang dikagumi klien
- Mempelajari riwayat hidup orang-orang sukses
- Latihan menggunakan kata-kata “ ingin hidup sehat:, masa depan penting, “ masih ada harapan”.
o I Information of Impact drug abuse
- Menunjukan angka-angka statistik korban NAPZA
- Menunjukan hasil-hasil penelitian pengaruh NAPZA terhadap timbulnya penyakit kronis
- Menjelaskan hubungan antara prestasi, kekayaan, kedudukan, kebahagian dengan perilaku masa lalu
- Menjelaskan bahwa banyak prestasi yang dicapai orang lain yang tidak menggunakan NAPZA
5. Intervensi
1. Koping individu tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan zat adiktif
Tujuan : klien mampu untuk mengatasi keinginan menggunakan zat adiktif
Individu :
- Identifikasi situasi yang menyebabkan timbulnya sugesti
- Identifikasi perilaku ketika sugesti dating
- Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti yang lebih positif
- Bantu klien mengekspresikan perasaannya
Kelompok :
- Diskusikan pengalaman mengucapkan kata-kata yang mengandung semangat menghindari zat adiktif
Keluarga :
- Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila sugestinya dating
- Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi sugesti
- Bantu suasana mendukung keakraban di rumah
2. Distress spiritual sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
Tujuan : klien meningkatkan kegiatan spiritual
Klien :
- Bantu mengidentifikasi kebutuhan spiritual
- Identifikasi arti keyakinan keagamaan
- Motivasi menjalankan keagamaan
Kelompok :
- Diskusikan nilai-nilai kebaikan
- Lakukan kegiatan ibadah bersama
Keluarga :
- Diskusikan pentingnya kegiatan keagamaan
- Bantu menyiapkan kegiatan keagamaan di rumah
- Motivasi orang tua sebagai contoh untuk kegiatan keagamaan
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL
Tujuan : klien mampu mengambil keputusan merubah dan memperbaiki gaya hidupnya
Klien :
- Identifikasi gaya hidup selama menggunakan zat adiktif
- Diskusikan kerugian gaya hidup pengguna zat adiktif
- Bantu kebiasaan mengontrol penggunaan zat/merokok
- Bantu latihan gaya hidup sehat : makan, mandi dan tidur teratur
Kelompok :
- Diskusikan gaya hidup sehat dan manfaatnya
Keluarga :
- Identifikasi gaya hidup keluarga
- Diskusikan keluarga sebagai model dan tempat berlatih untuk hidup sehat
4. Koping keluarga tidak efektif sehubungan dengan pola asuh yang salah
Tujuan : keluarga mampu memberikan kenyamanan pada klien sehingga mampu berhenti menggunakan zat adiktif
Kelompok :
- Beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
- Diskusikan cara menghadapi perilaku klien dan rencana sebelum pulang
- Bantu mencapai kesepakatan tndak lanjut perawatan rehabilitasi mental
Keluarga :
- Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah
- Bantu menerima masalah
- Identifikasi harapan untuk sembuh total
- Bantu respon keluarga bila klien menggunakan zat adiktif
- Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang menghargai dan mendukung klien untuk berhenti
5. Gangguan kesadaran somnolent sehhubungan dengan intoksikasi obat sedative hipnotik
Tujuan : klien mampu melakukan interaksi dan memberikan respon terhadap stimulus secara optimal
Klien :
- Observasi tanda-tanda vital terutama kesadaran
- Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian terapi medis
- Memberikan rasa nyaman dan aman dengan pengaturan posisi
- Menjaga keselamatan diri klien selama kesadaran terganggu
- Observasi keseimbangan cairan
Keluarga :
- Berikan penjelasan tentang pengaruh zat adiktif terhadap kondisi fisik, social dan emosional klien
6. Evaluasi
Evaluasi kemamapuan klien dalam mengatasi keinginan menggunakan zat misalnya dalam pikiran klien sudah tergambar masa depan yang lebih baik (tanpa zat), hdup yang lebih berharga dan keyakinan tidak akan lagi menggunakan zat. Perilaku klien untuk mengatakan tidak terhadap tawaran penggunaan zat dan menyuruh pergi. Evaluasi apakah hubungan klein dengan keluarga sudah terbina saling percaya dan kesempatan untuk saling mendukung melakukan komunikasai yang lebih efektif untuk sama-sama mengatasi keinginan menggunakan zat lagi oleh klien, serta masalah yang timbul akibat penggunaan zat.
DAFTAR PUSTAKA
Allen K.M. (1996) Nursing Care of the Addicted Client. Philadelphia: Lippincott
Stuart Sundeen (1998) Principles and Practice of Psychiatric Nursing , St Louis:
Mosby Year Book
Smith, CM., (1995) Community Health Nursing; Theory and Practice .
Philadelphia: W.B. Saunders Company
The Indonesian Florence Nightingale Foundation, (1999), Kiat Penanggulangan dan
Penyalahgunaan Ketergantungan NAPZA, Jakarta
Tom, Kus, Tedi,, (1999) Bahaya NAPZA Bagi Pelajar , Bandung :Yayasan Al-Ghifari
Morgan, (1991), Segi Praktis Psikiatri, Jakarta; Bina rupa aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar