1.1 Definisi
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, hal. 1088)
Syndrome cushing gambaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukokortikoid plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (latrogen). (Wiliam F. Ganang , Fisiologi Kedokteran, Hal 364). Syndrome cushing disebabkan oleh sekret berlebihan steroid adrenokortial terutama kortisol. (IDI). Edisi III Jilid I, hal 826).
Syndrome cuhsing akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi secara abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15 Hal 1979).
1.2 Etiologi
1. Meningginya kadar ACTH ( tidak selalu karena adenoma sel basofil
hipofisis).
2. Meningginya kadar ATCH karena adanya tumor di luar hipofisis, misalnya
tumor paru, pankreas yang mengeluarkan “ACTH like substance”.
3. Neoplasma adrenal yaitu adenoma dan karsinoma.
4. Iatrogenik. Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik.
Dijumpai pada penderita artitis rheumatoid, asma, limpoma dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen
antiinflamasi.
1.3 Manifestasi klinis
1) Obesitas
2) Wajah bulan
3) Perubahan-perubahan pada kulit
4) Hirsutisme
5) Hipertensi
6) Disfungsi gonad
7) Gangguan Psikologis
8) Kelemahan Otot
9) Osteoporosis
10) Batu ginjal
11) Haus dan poliuri
1.4 Tanda dan gejala
1. Gejala hipersekresi kortisol (hiperkortisisme) yaitu :
a. Obesitas yang sentrifetal dan “moon face”.
b. Kulit tipis sehingga muka tampak merah, timbul strie dan
ekimosis.
c. Otot-otot mengecil karena efek katabolisme protein.
d. Osteoporosis yang dapat menimbulkan fraktur kompresi dan
kifosis.
e. Aterosklerosis yang menimbulkan hipertensi.
f. Diabetes melitus.
g. Alkalosis, hipokalemia dan hipokloremia.
2. Gejala hipersekresi 17 ketosteroid :
a. Hirsutisme ( wanita menyerupai laki-laki ).
b. Suara dalam.
c. Timbul akne.
d. Amenore atau impotensi.
e. Pembesaran klitoris.
f. Otot-otot bertambah (maskulinisasi) .
3. Gejala hipersekresi aldosteron.
a. Hipertensi.
b. Hipokalemia.
c. Hipernatremia.
d. Diabetes insipidus nefrogenik.
e. Edema (jarang)
f. Volume plasma bertambah
Bila gejala ini yang menyolok, terutama 2 gejala pertama, disebut
penyakit Conn atau hiperaldosteronisme primer.
4. Gejala hipersekresi estrogen (jarang)
Pada sindrom cushing yang paling karakteristik adalah gejala hipersekresi kortisol, kadang-kadang bercampur gejala-gejala lain. Umumnya mulainya penyakit ini tidak jelas diketahui, gejala pertama ialah penambahan berat badan. Sering disertai gejala psikis sampai psikosis. Penyakit ini hilang timbul, kemudian terjadi kelemahan, mudah infeksi, timbul ulkus peptikum dan mungkin fraktur vertebra. Kematian disebabkan oleh kelemahan umum, penyakit serebrovaskuler (CVD) dan jarang-jarang oleh koma diabetikum
1.5 Klasifikasi
1. Tergantung ACTH
Hiperfungsi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-mula dijelaskan oleh oleh Hervey Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini disebut juga sebagai penyakit cushing.
2. Tak tergantung ACTH
Adanya adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH, selain itu terdapat bukti-bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak jelas apakah kikroadenoma maupum hiperplasia timbal balik akibat gangguan pelepasan CRH (Cortikotropin Realising hormone) oleh neurohipotalamus. (Sylvia A. Price; Patofisiologi. hal 1091).
1.6 Komplikasi
1. Krisis Addisonia
2. Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal
3. Patah tulang akibat osteoporosis
1.7 Test Diagnostik
1) CT scan,untuk menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus sindro cushing.
2) Photo scanning
3) Pemeriksaan adrenal mengharuskan pemberian kortisol radio aktif secara intravena
4) Pemeriksaan elektro kardiografi,untuk menentukan adanya hipertensi (endokrinologi edisi hal 437).
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CHUSING SINDROME
A. Pengkajian
1. Identitas
Lebih lazim sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dan mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
2. Keluhan Utama
Adanya memar pada kulit, pasien. Mengeluh lemah, terjadi kenaikan berat badan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada memar pada kulit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kartekosteroid dalam jangka waktu yang lama.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing sindrom.
Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernapasan
Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi intercouste hidung, pergerakan dada simetris
Palpasi : Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi wheezing
b) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal
c) Sistem Pencernaan
Mulut : Mukosa bibir kering
Tenggorokan: Tidak dapat pembesaran kelenjar tiroid
Limfe : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Abdoment :
I : Simetris tidak ada benjolan
P : Tidak terdapat nyeri tekan
P : Suara redup
A : Tidak terdapat bising usus
d) Sistem Eliminasi
Tidak ada gangguan eliminasi
e) Sistem Persyarafan
Composmentis (456)
f) Sistem Integument / ekstrimitas
Kulit:Adanya perubahan-perubahan warna kulit,berminyak,jerawat
g) Sistem Muskulus keletal
1.Tulang:Terjadi osteoporosis
2. Otot :Terjadi kelemahan
h) Masalah Keperawatan
a. Angiotensi 1 diubah menjadi angiotensi 2 yang menyebabkan faso kontriksi berlebih
b. Peningkatan glukotiroid yang mengakibatkan penurunan limfosid
c. Peningkatan sekresi aldosteron yang mengarah pada retensi garam dan air
d. Peningkatan kerusakan jaringan yang di sebabkan oleh desakan tumor
e. Peningkatan glukotiroid yang berlebih yang terdiri dari bagian-bagian mayor yang di berikan oleh glukotiroi
f. Pemeriksaan factor neuroekvesi krartikotropin releasing(RCF)
g. Pemeriksaan metal
h. Pemeriksaan sel-sel apparatus Jukstaglomerular (JGA)
B. Diagnosa keperawatan
1. PRE OP
1) Gangguan integritas kulit b/d kulit tipis
2) Resiko cidera dan infeksi b/d kelemahan dan perubahan protein serta respon inflamasi
3) Gangguan integritas kulit b/d mudah luka dan rapuh
4) Gangguan citra tubuh b/d ekimosis
5) Gangguan pola tidur b/d diurnal kortisol
2. POST OP
1) Resiko aspirasi b/d meningkatnya secret
2) Gangguan pemenuhan nutrisi b/d mual muntah
3) Gangguan rasa nyaman b/d kembung
4) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d diskontinuitas jaringan
3. Intervensi keperawatan
A. Pre ops
1. Gangguan integritas kulit b/d kulit tipis
Tujuan : Integritas kulit terjaga dan terhindar dari lesi
Kriteria : Mencapai dan mempertahankan integritas kulit agar memiliki kulit yang utuh tanpa bekas adanya luka
Intervensi:
a. Beri penjelasan pada pasien penyebab terjadinya kulit tipis
R/ Pasien mengerti dan kooperatif tentang penyebab terjadinya kulit tipis
b. Kaji / catat ukuran,warna kulit dan jaringan kulit
R/ Memberi informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit
c. Pantau masukan cairan setiap hari
R/ Untuk mengetahui Intake dan output cairan
d. Kaji TTV ( TD, Nadi, suhu )
R/ Untuk mengetahui perkembangan sejak dini
e. Hindari pasien pada obat golongan kortikosteroid
R/ Peningkatan glukosa dalam tubuh
2. Resiko cidera dan infeksi b/d kelemahan dan perubahan protein serta respon inflamasi.
Tujuan : Mencapai perbaikan citra tubuh.
Kriteria : Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan fisik merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid.
Intervensi :
a. Menjelaskan pada pasien penyebab terjadinya infeksi
R/ Pasien mengerti dan kooperatif tentang penyebab infeksi
b. Kaji apakah terdapat infeksi pada klien
R/ Memberi informasi tentang ada atau tidaknya infeksi pada klien
c. Kaji tingkat inflamasi yang dalam
R/ Pedoman pada tindakan selanjutnya
d. Obs TTV
R/ Pengetahuan untuk melihat peningkatan dan pengurangan inflamasi
e. Kolaborasi pemberian analgesic
R/ Pengurangan reaksi inflamasi dalam tubuh
3. Gangguan integritas kulit b/d mudah luka dan rapuh
Tujuan : Menurunkan resiko terjadinya lesi/ penurunan integritas pada kulit
Kriteria : Mencapai dan mempertahankan integritas kulit yang utuh
Intervensi :
a. Beri penjelasan pada klien tentang penyebab gangguan integritas kulit
R/ Pasien mengerti dan kooperatif tentang penyebab integritas kulit
b. Periksa keadaan turgor kulit pada pasien
R/ Mengetahui / sebagai informasi tentang keadaan integritas kulit pada pasien
B. Post ops
1. Resiko aspirasi b/d meningkatnya secret
Tujuan : Membebaskan jalan nafas dari secret
Kriteria : RR : 20x/ mnt
Secret berkurang
Intervensi :
a. Ajarkan batuk efektif pada klien
R/ Merangsang keluarnya secret
b. Beri minum air hangat, tanpa gula/ sedikit gula
R/ Air hangat dapat mengencerkan secret, sehingga secret dapat keluar
c. Kaji nyeri/ ketidaknyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan pernapasan
R/ Mendorong klien untuk bergerak, batuk lebih efektif dan nafas lebih dalam untuk mencegah kegagalan pernafasan
d. Dorong masukan cairan peroral ( sedikitnya 2500 ml/hari )
R/ Hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang/ peningkatan pengeluaran secret
Kolaborasi:
1) Berikan O2 tambahan sesuai kebutuhan
R/ Memaksimalkan sedia O2
2) Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi
R/ Memudahkan penganceran dan pembuangan secret
3) Berikan obat sesuai indikasi muskolitik, ekspetoran, Broncodilator, analgesic.
R/ Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret
2. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d mual muntah
Tujuan :
1. Nafsu makan klien meningkat
2. Nutrisi meningkat
Kriteria : Berat badan kembali normal
Intervensi :
a. Berikan makan sedikit tapi sering
R/ Dilatasi gaster dapat terjadi bila makanan terlalu cepat
b. Anjurkan untuk tidak memakan makanan yang merangsang asam lambung ( pedas,berlemak )
R/ Makanan yang pedas merangsang HCL
c. Kolaborasi dengan pemberian obat anti muntah
R/ Untuk mengurangi rasa mual
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d diskontinuitas jaringan
Tujuan :Luka dapat senbuh setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang lebih 5 hari
Criteria : - luka kering
-klien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi :
a. Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka
R/ Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka atau berkambangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.
b. Bersihkan permukaan kulit dengan menggunakan hydrogen peroksida atau dengan air mengalir
R/ menurunkan kontaminasi kulit :membantu dalam membersihkan eksudat
c. Kolaborasi dengan dokter dan irigasi luka, bantu dengan debridement sesuai kebutuhan
R/Membuang jaringan nekrotik / luka,eksudat untuk meningkatkan luka .
3. Implementasi
Pengobatan sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung apakah sumber ACTH adalah hipofisis / ektopik.
a. Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi tumor tranfenoida.
b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.
c. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik.
d. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma disusul kemoterapi pada penderita dengan karsinoma/ terapi pembedahan.
e. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide o, p-ooo yang bisa mensekresikan kortisol ( Patofisiologi Edisi 4 hal 1093 ).
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.mail-archive.com/balita-anda@balita-anda.com/msg114462.html
2. askep.webng.com/sindrome chusing.pdf - Mirip
3. materi-kuliah-akper.blogspot.com/.../asuhan-keperawatan-chusing - pada.html –
4. Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth; alih bahasa, Agung Waluyo ... [el al] ; editor edisi bahasa Indonesia, Monika Ester. – Ed. 8 – Jakarta: EGC, 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar